Senin, 28 Agustus 2017

Sembunyi dalam Kata

Sembunyi dalam kata, menapaki jejak sang makna. Mencari jawaban akan rahasia yang tak kunjung menyembul ke permukaan. Tak ada jalan lain kecuali tetap bersembunyi. Bukan untuk berlari dari kenyataan dan segala bentuk permasalahan, namun hanya sekedar memberi waktu pada diri dan dunia tuk sejenak menepi seraya memburu jawaban dari titik demi titik jalan kehidupan yang masih menjadi misteri.

Jauh di dalam jiwa terdapat sebuah tanda tanya, siapa yang dapat memahami makna lebih baik dari sang pemilik kata itu sendiri? Kata adalah bentuk nyata dari sebuah makna, sedang makna adalah asumsi. Asumsi itu terlahir dari pikiran-pikiran dangkal, seolah ilmunya bagai jurang tak berdasar.  Itulah manusia! Berasumsi seolah ialah yang paling memahami, seolah ia yang paling benar sedang yang lain hanya sekedar omong kosong. Benar! Bualan tanpa makna dan hakikat pada sebuah konspirasi yang mengatasnamakan keyakinan.
Bersembunyi dalam kata seakan lebih bijak untuk hari ini. Bukankah lebih baik untuk tetap diam dari pada terus bersandiwara? Walau dunia adalah panggung sandiwara, bukan berarti sandiwara menjadi satu-satunya pilihan dalam menjalani kehidupan. 

Memang nyata bahwa setiap detik, hidup pun adalah sandiwara. Namun tidaklah benar untuk bersandiwara dalam sandiwara karena setiap aktor memiliki perannya sendiri. Tidaklah bijak untuk memainkan peran aktor lain di naskah yang sama ketika karakter telah dalam genggaman. Alasannya bukan tentang keserakahan, namun tentang sandiwara itu sendiri. Tidak akan ada yang berjalan sebagaimana mestinya jika sebagian kecil saja telah berubah. Biarkan semua berjalan seperti seharusnya. berada di posisi masing-masing dan memainkan perannya sendiri. Seperti itulah dunia ini berjalan.

Kata menjadi penghubung antara gagasan dan implementasi. Kata menjadi jembatan antara hati dan logika. Namun, di sisi lain, kata dapat menyembunyikan suara hati yang enggan kubagi pada dunia. Aku memilih bersembunyi dalam kata, yang kutulis di atas kertas putih, lalu kuumumkan pada dunia sebagai kisah imajinatif tentang mereka yang seolah tak pernah ada. Aku berbagi namun tak sepenuhnya berbagi laksana fatamorgana di Sahara. Seolah oasis, namun nyatanya hanya bentang pasir kosong yang terik dan tandus.
Aku sembunyi dalam kata bak akar yang bersembunyi dalam tanah. Sekalipun tak terlihat, pohon 'kan terus tumbuh di atas tanah selagi akarnya masih ada. Seperti itulah aku bersembunyi namun tetap ada melalui kata yang tetap ada bahkan tak henti mengalir memenuhi kertas usang  itu. Biarkan mereka membaca! Membaca setiap kata yang kutulis. Biarkan mereka belajar memahami makna walau hanya sekedar asumsi tak mendasar. Nyatanya, bahkan impian hanyalah asumsi sampai ia dapat diraih. Rupa dapat terlupa, nama akan purna, namun kata-kata akan kekal seabadi kisah Romeo & Juliet milik Shakespeare.

Mari bicara tentang cinta. Kisah klasik yang menjadi dongeng pengantar tidur bagi anak cucu Adam yang telah enggan disebut anak-anak. Kata-kata mengabadikan suatu kisah yang semestinya hanya disaksikan mereka pada zaman itu dan hadir di tempat itu. Karena kata membuat bahasanya sendiri terhadap kisah cinta. Kisah inilah yang mendorongku sembunyi dalam kata laksana bulan yang bersembunyi di balik awan malam ini. Aku ingin dunia menjadi saksi kisah ini namun aku juga masih harus bersembunyi. 


Ini adalah kisah sederhana yang entah mengapa menjalaninya bagaikan benang kusut. Sulit terurai, namun tak berarti mustahil. Anggap saja ini adalah sebuah kisah tentang seorang gadis yang bertemu dengan pemuda sederhana namun pandai bersandiwara. Seorang gadis bisu bertemu pemuda bertopeng yang enggan menunjukkan wajah aslinya. Sang gadis bersembunyi dalam kata, sedang sang pemuda bersembunyi di balik topeng. Entah bagaimana kisah ini akan berakhir? Entah bagaimana mereka akan menanggalkan kamuflasenya, berhenti bersembunyi dari takdir, waktu, dan cinta. Pada akhirnya, semua 'kan tunduk pada skenario besar yang sejak awal telah mereka perankan.

Palu, 31 Juli 2017
SHAMILA

Senin, 27 Februari 2017

Terpaksa untuk Ikhlas




        Gila memang, namun aku berterima kasih atas takdir yang DIA pilih melalui ayah. Jika saja saja saat itu hati seorang wanita tidak takluk dihadapan hati seorang anak, maka tak kutemukan bahagia di detik ini. Kisah ini dimulai ketika aku sedang melanjutkan studyku di salah satu universitas negeri di kota yang cukup jauh dari tempat asalku. Saat itu usiaku sudah 25 tahun. Aku pulang dari kampus lebih awal karena ujian hari itu telah berhasil kulalui dengan lancar. Saat tiba di asramaku, aku mendapat email dari ayah. Ayah memintaku untuk segera pulang setelah wisuda. Aku tidak boleh tinggal terlalu lama di sini. Aku bertanya kenapa aku harus buru-buru pulang? Aku telah berencana untuk bekerja di sini. Aku mendapat peluang besar untuk menjadi seorang yang sukses.
   “Mila, ayah minta kamu segera pulang setelah wisuda karena ada hal penting yang harus kita bahas. Bundamu sudah sangat merindukanmu. Ia ingin kamu segera kembali. Selain itu ayah telah merencanakan sesuatu untukmu. Ayah yakin kamu akan setuju. Karena itu, ayah tidak merundingkannya denganmu. Ayah tunggu kedatanganmu. Salam sayang dari ayah dan bunda.”
     Email yang cukup singkat namun sanggup membangkitkan kegelisahanku. Aku berpikir, apa yang sedang ayah rencanakan untukku? aku berbaring di atas tempat tidur, berharap bisa sedikit mendapat ketenangan setelah apa yang aku terima hari ini.
      Beberapa bulan kemudian, aku berhasil menyelesaikan studyku. Sayangnya wisudaku tidak dihadiri oleh kedua orang tuaku karena mereka sibuk dengan bisnisnya. Aku tidak heran akan hal itu. Meski begitu, aku tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang karena mereka selalu menyempatkan untuk menemaniku di waktu senggang. Setelah 4 tahun lamanya, aku kembali ke tanah airku tercinta. Semua tidak berubah masih sama seperti 4 tahun yang lalu. Rumah, bahkan kamarku masih sama persis seperti 4 tahun yang lalu. Kamar yang begitu kurindukan.
      Malam harinya, ayah dan bunda mengajakku makan malam di salah satu restoran. Ternyata ayah dan bunda juga turut mengajak keluarga teman ayah. Keluarga om Rayhan.
   “Mila, kenalin ini teman ayah, namanya om Rayhan. Ini istrinya, tante Indira dan anaknya, Fadhil.” Aku mencium tangan om Rayhan dan tante Indira. Akan tetapi, saat aku mengulurkan tanganku pada Fadhil, ia justru hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
   “ini Kamila? Anak kamu yang sering kamu ceritakan itu?”
   “iya.”
   “dia cantik sekali yah.” Puji tante Indira. Aku hanya tersenyum manis.
     Setelah makan malam selesai, kami kembali ke rumah. Saat itulah ayah memberi tahu apa  yang telah ayah rencanakan.
    “Mila, gimana pendapat kamu tentang Fadhil?”
   “Memangnya kenapa, yah?”
   “Begini Mila. Beberapa bulan yang lalu, om Rayhan datang pada ayah dan membahas sesuatu yang sangat penting. Om Rayhan ingin kamu menikah dengan putranya, Fadhil. Ayah menyetujui hal itu karena ayah tahu Fadhil adalah pemuda yang sangat baik.”
   “Tapi Mila baru mengenalnya ayah.”
   “Ayah tahu, itulah mengapa tadi ayah mempertemukan kalian agar kalian bisa saling bertemu. Ayah tahu ini adalah masa depanmu, tapi ayah percaya bahwa Fadhil adalah imam yang terbaik untukmu.” Aku tidak punya pilihan lain kecuali menerima keputusan ayah. Ayah selalu mengorbankan segalanya untukku dan bunda telah berjasa melahirkanku. Aku tidak mungkin mengecewakan mereka.
        Selama sebulan kami menjalani sebuah proses yang disebut ta’aruf. Aku sendiri tidak memahami proses ini. Aku hanya tahu, sebelum seseorang menikah, ia seharusnya melalui  masa penjajakan yang kukenal dengan istilah pacaran. Untuk saling mengenal satu sama lain, aku dan Fadhil saling bertukar biodata. Seluruh informasi tentang Fadhil kuterima langsung dari tante Indira. Begitupun sebaliknya. Kami hanya bertemu saat harus membahas persiapan pernikahan kami, itupun selalu bersama orang tua kami.
    Setelah sebulan melalui masa ta’aruf, kami beranjak ke jenjang lainnya, khitbah atau lamaran. Seminggu setelah khitbah, pernikahan kami dilangsungkan. Saat hari pernikahan itu, untuk pertama kalinya aku mengenakan hijab. Fadhil sempat menyinggung masalah hijab ketika kami masuh berta’aruf dulu.
   “Mila, aku tidak mau kamu berpikir aku memaksamu dalam melakukan sesuatu apalagi itu menyangkut dirimu. Akan tetapi, aku sangat ingin melihatmu berhijab di acara pernikahan kita nanti. Hiasan yang sesungguhnya dari seorang wanita adalah hijabnya. Dengan mengenakan hijab, berarti dia telah menjaga auratnya dari lelaki lain yang bukan mahramnya. Hijab juga merupakan identitas seorang muslimah.”
      Entah mengapa, kata-kata Fadhil begitu menyentuh jiwaku. Ia menyampaikan hal itu dengan sangat halus sehingga tidak menyinggung perasaanku. Setelah mendengar kata-kata Fadhil, aku mencoba mengenakan hijab dan aku menyadari kecantikan yang selama ini belum pernah kulihat bahkan ketika aku mengenakan make up sebaik apapun. Kata-kata sederhana dari Fadhil telah membuka mataku akan pentingnya identitasku sebagai seorang muslimah. Suara ketukan pintu membuyarkan kenanganku. Ternyata bunda yang masuk ke kamarku.
    “Subhanallah, anak bunda cantik sekali. Pihak mempelai pria sudah datang. Sebentar lagi prosesi ijab qabul akan dimulai.” Aku merasakan perasaan yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Rasa gugup dan sedih yang bercampur menjadi satu. Sebentar lagi aku akan menjadi seorang istri dan itu artinya aku harus meninggalkan orang tuaku dan hidup bersama suamiku. Orang yang akan memegang sepenuhnya tanggung jawab atas diriku. Dia adalah Fadhil Renaldy. Hatiku semakin mendesir dan perasaan itu semakin membuncah tatkala kudengar lantunan kalimat indah itu.
   “Saudara Fadhil Renaldy bin Rayhan Pratama Renaldy, saya nikahkan engkau dengan putriku, Kamila Putri Yudhistira binti Arman Yudhistira dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai senilai 2.211.000 rupiah dibayar tunai.”
   “Saya terima nikahnya Kamila Putri Yudhistira binti Arman Yudhistira dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”
     Seluruh saksi mengucapkan satu kata yang memiliki makna besar bagiku. SAH. Kini aku telah resmi menjadi milik Fadhil. Akan tetapi bagaimana aku hidup dengan orang yang baru saja kukenal? Apa aku bisa beradaptasi dengan kehidupan baruku ini? Apa aku akan merasa nyaman? Semua pertanyaan itu menari-nari dalam benakku. Bunda menuntunku menuju pelaminan di mana Fadhil telah menungguku di sana. Aku dapat meliht senyum manis dari bibirnya. Dia memang begitu tampan. Diam-diam aku mulai tertarik pada suamiku ini. Hatiku tak henti-hentinya memuji dirinya. Bahkan seolah seluruh alam telah meneriakkan namanya. Setelah prosesi tukar cincin, untuk pertama kalinya tangan kami saling bersentuhan. Kurasakan detak jantungku yang semakin kencang dan tak beraturan. Kami berpindah pada prosesi sungkeman. Prosesi ini adalah prosesi yang paling menyita emosiku. Setelah itu, kami menggunakan mobil pengantin menuju rumah kami. Rumah yang memang sengaja disiapkan oleh Fadhil untuk pendampingnya kelak. Kata tante Indira yang mulai sekarang aku sebut mama, sudah lama Fadhil membangun istana ini untuk bidadari surganya kelak.
       Aku masuk ke kamar pengantin yang telah dirancang dengan indahnya. Aku mulai mengganti pakaian pengantinku dengan pakaian tidur. Fadhil masuk ke kamar.
   “Mila, sudah waktunya shalat isya. Sebaiknya kita shalat berjamaah.” Aku menurut saja pada Fadhil. Kekagumanku pada Fadhil kembali bertambah tatkala dia menjadi imamku saat shalat. Lantunan ayat suci Al-Qur’an terdengar begitu indah terlantun dari mulutnya. Setelah selesai menunaikan shalat isya, aku membereskan perlengkapan shalat dan beranjak ke ruang dapur. Aku menyiapkan menu sederhana untuk makan malam. Setelah selesai makan malam, aku membereskan piring kotor dan kembali ke kamar.
            Di kamar aku melihat Fadhil yang duduk di sofa dengan Al- Qur’an dalan genggamannya. Menyadari kehadiranku, Fadhil menyimpan Al-Qur’an itu dan memintaku duduk di salah satu sisi sofa. Setelah aku duduk, dia mulai bicara.
   “Aku mengerti perasaanmu saat ini. Kamu pasti masih belum bisa menerima pernikahan ini karena ini terlalu mendadak bagimu sehingga kamu belum mempersiapkan mentalmu. Mungkin kamu sekarang belum mencintaiku. Kalau memang pernikahan ini menyiksa batinmu, kenapa kamu tidak batalkan saja sejak kita masih dalam tahap ta’aruf.” Aku cukup terkejut mendengar ucapan Fadhil. Bagaimana bisa saat ini aku katakan bahwa aku mulai mencintainya?
   “Kenapa kamu diam Mila?”
   “Aku hanya ingin tahu, kenapa kamu menerima perjodohan ini?”
   “Ini bukan perjodohan Mila. Bukan papa yang memintaku melamarmu, tapi aku sendirilah yang meminta papa agar melamarkanmu untukku.” Aku terkesiap.
   “Apa maksudmu?”
   “Saat itu aku dan papa bertemu dengan ayah. Tanpa sengaja aku menemukan dompet ayah yang jatuh dan aku melihat foto ayah, bunda bersama seorang gadis. Entah mengapa hatiku ingin sekali mengetahui siapa gadis itu. Saat aku menyerahkan dompet itu, ayah seolah mengerti perasaankuu. Ia bercerita panjang lebar tentangmu. Setiap kali mendengar ayah menyebut namamu, hatiku seolah yakin kaulah jodoh yang telah ditakdirkan untukku. Aku merasa telah mengenalmu begitu lama. Saat itulah aku meminta papa untuk melamarkanmu. Saat pertama kali kita bertemu, aku semakin yakin kaulah yang kucari selama ini. Tidak ada keraguan sedikitpun dalam hatiku untuk menikahimu. Aku justru terkejut saat melihat kamu mau mengenakan hijab tadi pagi. Aku benar-benar yakin bahwa pilihanku sudah tepat. Aku mencintaimu karena Allah. Aku hanya mengharapkan ridhhonya. Bagaimana denganmu? Apa pernikahan ini tidak membuatmu menyesal?”
   “Menyesal? Bagaimana mungkin aku menyesal saat aku menemukan seorang suami yang sangat mencintaiku bahkan sebelum bertemu denganku? Awalnya aku memang belum siap dengan pernikahan ini. Akan tetapi saat mendengar lantunan kalimat ijab qabul pagi tadi, aku merasa ada sesuatu dalam diriku yang terus menyebut namamu. Perasaan yang tak pernah kurasakan sebelumnya menguasai hatiku. Ketika tadi aku menjadi makmummu dalam shalatku, aku bersyukur karena Allah telah mempertemukan kita. Aku semakin menyadari perasaan yang ada dalam diriku. Akupun merasa kau diciptakan untuk melengkapi kekuranganku. Aku sangat bahagia karena bisa menjadi istrimu.”
      Setelah mendengar jawabanku, Fadhil bangkit dari sofa dan berlutut di hadapanku. Ia menggenggam tanganku begitu erat. Kemudian ia mendekatkan tanganku ke bibirnya. Fadhil mengecup lembut kedua tanganku.
   “sekarang kamu adalah milikku. Lengkapilah kekuranganku dan jadilah bidadari surgaku.”
   “untuk menjadi bidadari surga bagimu, aku perlu bimbinganmu. Jangan perrnah lelah untuk membimbingku.” Fadhil menarikku ke dalam pelukannya. Aku merasakan perasaan nyaman yang tak pernah kurasakan dalam hidupku.

Selasa, 21 Februari 2017

Aku Jatuh Cinta

Aku Jatuh Cinta
Kepada ombak yang berlari dari samudera
Menghempas karang tanpa rasa bersalah
Hingga akhirnya hilang di tepi pantai

Aku jatuh cinta
Kepada matahari yang terbenam di senja kala
Yang meninggalkan harapan tuk kembali esok hari
Namun enggan menyapa ia yang lelap

Aku jatuh
Dalam sebuah ruang tuk berujung yang kusebut jurang
Dalam terpaan ombak yang amuknya menghempasku hilang
Di atas jutaan bilah pisau tajam yang kusebut duri

Aku Jatuh

Aku cinta

Aku hilang

Hilang

Cinta

Jatuh

Aku jatuh cinta, cintaku hilang....

Rabu, 15 Februari 2017

Forgotten World

Ada dunia yang dulu tak pernah kau tinggalkan namun kini terlupa. Dunia yang hanya kau ingat ketika tawa ceria tanpa beban masih menghiasi duniamu. Kini dunia itu tak lebih dari sebatas omong kosong yang seolah tak pernah hadir dalam kepingan kenanganmu. Ia menjelma menjadi mimpi yang bahkan meninggalkan kesan pun tak sempat.

Pernahkah untuk semenit saja kau mengenang kembali cerita yang kau torehkan di dunia kecil itu? Pernahkah untuk sejenak saja kau berpikir untuk kembali ke dunia itu? Kembali sekali lagi untuk menorehkan cerita baru meski hanya melengkapi kisah lama yang belum selesai?

Ketahuilah bahwa dunia itu bukan hanya sekedar tempat bermainmu di masa lalu. Tempat itu dapat kau kunjungi kapan pun asalkan kau menginginkannya. Itu adalah satu-satunya tempat yang tak kan pernah menutup pintunya untukmu. Ketika kau ingin berlari tuk bersembunyi dari kesedihan yang diberi dunia barumu, ia kan menyambutmu dan memberimu senyum yang pernah kau lukiskan di sana..

Ia adalah satu-satunya dunia  di mana kau tak akan kesepian meski sendiri, kau tak kan ketakutan meski gelap. Di sana kau tak perlu mendengar pandangan buruk dunia. Tak akan ada yang menyalahkanmu meski kau melakukan hal yang salah karena mereka mengerti bahwa kau baru saja belajar. Di sana, kau tak kan kesakitan meski kau terjatuh, karena bukannya bebatuan tajam melainkan rumput lembutlah yang kau pijak..

Sampai Kapan?

Sampai kapan,
kau kan mengurung jiwamu dalam ruang hampa itu?

Sampai kapan,
kau kan menjadi budak takdir yang bahkan tak memberimu pilihan?

Sampai kapan,
kau menjadi lilin yang menghancurkan diri tuk menghapus kegelapan?

Akankah sampai nafas terakhirmu?

Akankah sampai perjuangan terakhirmu?

Ataukah sampai akhir bumi kan berputar?

Teruslah menjadi budak yang tetap diam tanpa pilihan!

Itulah kodratmu...

Itulah tugasmu..

Itulah kewajibanmu..

Karena hidupmu telah kau persembahkan pada takdir yang tak pernah peduli padamu..

Nikmatilah permainannya dan berhenti mengeluh!

Toh, keluhanmu tak kan membebaskanmu ....

Sabtu, 11 Februari 2017

Balada Sang Waktu

Ketika waktu hampir berhenti, mengapa kau paksakan ia terus berdetik? Pernahkah kau bertanya mengapa ia ingin berhenti? mungkin saja ia lelah, mungkin saja ia ingin memberimu lebih banyak kesempatan menikmati saat itu, atau mungkin ia ingin memberimu kesempatan  mencari jawaban dari pertanyaanmu.

Waktu, kau tak kan pernah bisa mengendalikannya. Karena ia berjalan atas perintah Tuhan. Ia tak mengikuti kehendak manusia lemah sepertimu karena ia bahkan lebih hebat darimu. Ia lebih istimewa karena tak pernah menunggumu. Kaulah yang selalu menunggu saat yang tepat untuk segala hal yang ingin kau lakukan. Kaulah yang membutuhkannya, bukan sebaliknya.

Terkadang, ia mungkin akan meninggalkanmu. Jangan salahkan dia, karena kaulah yang membiarkannya berlalu ketika dia memberimu sebuah kesempatan. Kau terlalu lama menunggu hingga ia tak punya piilihan selain terus berlalu menjauhimu. Kini, nikmatilah penyesalanmu dalam ruang kosong yang gelap dan sempit itu. Itu jauh lebih pantas bagimu, seseorang yang menyia-nyiakan hal yang paling berharga yang pernah ia miliki.....

Jumat, 13 Januari 2017

PUISI UNTUK CINTA



Sigi, 13 Agustus 2016
Assalamualaikum cinta
Assalamualaikum cinta..
Izinkan aku menyapa lewat angin yang berhembus..
Meski tak kutahu kepada siapa angin itu kan membawa berita ini...
Namun aku yakin salam ini sampai pada orang yang tepat..

Tahukah kau cinta?
Aku masih bermain dengan takdir yang penuh rahasia
Mencari keberadaanmu di tengah kerumunan makhluk yang juga sama memburu..
Berharap kau akan kutemukan di sana....

Cinta..
Dalam rindu ini aku menanti tanda kehadiranmu..
Mungkin kita pernah bertemu di suatu masa..
Atau  mungkin kau benar-benar orang yang asing bagiku..

Ketahuilah cinta...
Meski akal ini tak pernah mengenalmu...
Namun tulang rusuk tak kan pernah tertukar...
Hati yang akan mengenalimu melalui petunjukNYA...

Wahai kau cinta...
Ajari aku tuk merindukanmu melalui do’a
Ajari aku tuk memintamu hanya pada NYA
Ajari aku tuk menyerahkan rinduku dalam sujud istikharah

Kau yang namanya tertulis di LAUHUL MAHFUDZ..
Saat ini aku masih belum pantas..
Menjadi pendamping dalam dakwahmu...
Namun izinkan aku memantaskan diri
Setidaknnya sebagai pendamping dalam shalatmu.....

Ingatlah wahai cinta...
Hari ini kau masih menjadi rahasia Sang Pemilik Takdir..
Namun akan datang suatu masa
Ketika kau menjadi rahasia kemuliaanku di hadapanNYA...

Untuk itu aku menunggumu...
Menunggumu mengucapkan janji suci dahadapanNYA..
Assalamualaikum..
CINTA.............

Rabu, 11 Januari 2017

Jeritan Hati



            Ini hanya sekedar curahan hati yang tak begitu penting untuk diketahui oleh dunia sebab hidup adalah tentang diri sendiri dan bukan tentang orang lain. Sedang hidup sendiri tak mampu diurusi, bagaimana bisa mengurusi hidup orang lain? Namun itulah manusia dengan segala keunikan dan keistimewaannya. Mereka selalu lupa pada diri mereka sendiri dan terlalu kuat untuk mengurusi semua yang terjadi pada orang disekitar mereka. Tak peduli kenal atau tidak, keluarga atau asing, semua perlu diketahui seluk-beluknya. Nyatakah sikap itu pada setiap jantung yang berdetak? Mungkin iya, mungkin juga tidak.
            Usiaku masih terlalu belia untuk mengenal seperti apa ketertarikan terhadap lawan jenis. Aku masih belum bisa mengenal seperti apa cinta? Seperti apa rasanya memiliki dan melepaskan? Bagaimana seseorang jatuh cinta? Bagiku semua itu dongeng yang mungkin dapat terjadi pada semua orang yang mampu bernafas.
            Seiring berjalannya waktu, aku baru memahami satu hal, bahwa dongeng hanya akan tetap terjadi di negeri dongeng, tidak akan pernah dapat terwujud di duniaku karena ini adalah realita. Duniaku bukan dunia khayalan yang selalu ada dalam mimpi gadis kecil yang memeluk boneka itu lagi. Duniaku saat ini terlalu realistis untuk terus mengecap manisnya senyum bahagia. Jikapun saat ini masih ada senyum yang tersisa, itu adalah senyum palsu untuk berlari dari air mata yang tak penting diperlihatkan pada semua orang. Bukankah mereka semua memilikinya?
            Aku bukannya sinis pada dunia. Aku masih percaya bahwa dunia masih menyimpan kebahagiaan. Namun kebahagiaan itu telah hambar bagiku. Hatiku tak lagi sanggup meraba kehangatan dalam setiap tatapan mata itu. Tatapan mata orang-orang yang sekilas terlihat iba atau penuh kasih, namun semakin dalam aku menjelajahi makna tatapan itu, aku semakin terluka karena semua itu palsu. Tak ada ketulusan, tak ada perhatian, tak ada kepedulian, bahkan iba pun tak ada. Hal yang tersisa dari manusia-manusia ini adalah keegoisan yang semakin dalam menggerogoti jiwa yang dulu bersih itu.        
            Jika kenyataan sudah memperlihatkannya, lantas masihkah realita dibantah oleh harapan kosong yang nyatanya palsu? Masihkah hati dapat menipu akal? Aku bukan seseorang yang menentang cinta atau sinis pada cinta karena aku juga pernah jatuh cinta. Pernah?? Iya! Aku pernah jatuh cinta dulu. Namun semua janji yang terselubung dalam cinta itu sirna tak berbekas tanpa kata, tanpa tanda. Hilang begitu saja bagaikan seekor semut hitam yang diselimuti gelap. Apakah ia kembali? Separuh dirinya kembali bersama bayangannya. Namun tetap saja tidak utuh bukan?
            Jika yang pergi telah kembali sebelum kata terlambat tiba, berarti takdir memberinya kesempatan untuk sekedar mengisi sedikit ruang kosong dalam hati. Akan tetapi, jika kehadirannya tak lagi dinanti, maka tidak ada kesempatan untuk kembali. Semua telah sirna bersama hari baru yang menjelang. Hanya ada kata selamat tinggal dan mungkin terima kasih. Terima kasih pernah menjadi bagian dalam kenangan indah masa laluku dan selamat tinggal karena kau bukan lagi penghuni hatiku hari ini dan di masa depan nanti. Mungkin kau ditakdirkan menjadi masa depan orang lain. Orang yang memang membutuhkanmu di masa depan nanti. Bukankah manusia menerima apa yang ia butuhkan dan bukan apa yang dia inginkan. Itulah caraNya menulis takdir.

Ketahuilah bahwa semua yang terjadi adalah yang terbaik.......
Kelak kau kan temukan rahasia di baliknya.....

Selasa, 10 Januari 2017

Pesan dalam Sajak

Sebuah pesan sederhana untukmu yang saat ini terpisah jarak....

Salam kukirimkan kepadamu yang jauh...
Biarlah angin yang menyampaikannya di sana...
Seseorang yang menghuni ujung rinduku,
Jarak mungkin tak begitu jauh antara kita. Tak terpisah pulau apalagi benua. Namun tetap saja itu jauh. Setidaknya aku tak dapat setiap hari mendengar suaramu atau mendengar canda tawamu. Tak bisa menatap mata elangmu apalagi merasakan hangat pelukmu. Namun, aku masih berharap bahwa kelak masa itu akan datang. Masa ketika aku akan berada di sisimu dan tanpa ragu menggenggam tanganmu.

Tahukah engkau?
Sejenak aku takut ketika berpikir bahwa jarak tak hanya menjauhkan raga kita, namun juga hati kita. Namun aku percaya, jika hatimu memang untukku, maka kau tak kan pernah memupuskan harapanku. Setidaknya melalui waktu yang singkat ini.

Rasanya baru kemarin aku menatap tawa indah itu, baru kemarin aku melihat tatapan lembut namun tajam penuh arti itu. Kini, akan butuh waktu yang panjang untuk dapat melihatnya lagi. Lantas, apakah semua hanya menjadi kisah kosong saat jarak mulai membentang? Tentu saja tidak! Jarak yang terbentang ini menjadi cerita yang jauh lebih indah dari pada kenangan yang setiap hari digoreskan dengan kebersamaan, karena rasa ada disetiap kisah, bukan disetiap pertemuan.

Kau yang saat ini sedang tak di sisiku,,
Selamat menjalani harimu yang indah di suatu tempat di sana. Jangan terlalu mengingatku namun jangan melupakanku. Cukup ingat aku di waktu luangmu, karena tak setiap waktu adalah milik kita untuk saat ini. pada akhirnya aku hanya akan menjadi sebagian kecil dari dunia luasmu. Itu tidak masalah, bahkan lebih baik  dari pada tak pernah menjadi bagian  dari masa lalu, masa kini, apalagi masa depanmu.

Seseorang yang sedang berjalan  di seberang,
Ijinkan hati ini merindukanmu dalam kesendiriannya. Jangan melarangnya. Karena ia punya jawaban sendiri mengapa hingga kini ia hanya merindukanmu, bukan yang lain. Meski kau jauh, ia telah memilihmu. Jangan tanya kenapa! Cukup  ketahui bahwa ia ingin terus menantimu meski dalam penantian panjang. Jagalah selalu hatimu untuk menjawab penantiannya.

Sampai bertemu di hari itu  hey seseorang...
Hari ketika kau  kembali mendekapku erat dalam kehangatan kasihmu...
Hari ketika kau membuktikan bahwa hatiku tidaklah salah dalam memilihmu...
Hingga hari itu tiba, ijinkan aku tetap dalam penantian ini.....

QUOTE

Hy Guys.......

Untuk posting pembuka di blog baru LOVE SEEKER ini, aku mau posting sesuatu yang sebenarnya jadul tapi sangat menginspirasi langkahku sejak pertama kali ketemu sama hal ini. Sebenarnya sih cuma quote drama aja. Tapi quote ini banyak menginspirasi aku untuk nggak gampang menyerah sama masalah dalam hidup (cielah.. lebay banget). Lebih tepatnya quote drama korea.

Drama korea ini berjudul Nice Guy a.k.a Innocent Man (semoga nggak salah nulis judulnya yah... maklum aja, Inggrisnya masih abal). Drama ini dilaunching tahun 2012 dan mempertemukan si aktor ganteng Song Joong Ki dan si cantik Moon Chae Woon yang berujung banyak fans yang jodohin mereka gitu guys.. Maklum aja yah, kebiasaan lumrah para fans yang nggak  bisa liat chemistry yang dapet banget gitu...

Dari pada aku ngoceh panjang lebar di sini, langsung aja yah guys.....

CHECK IT OUT!!!!



Tittle: The Innocent Man a.k.a  Nice Guy
Cast: - Song Joong Ki as Kang Ma Roo
-        Moon Chae Won as Seo Eun Gi

                                                          *          Cinta dapat membuat keajaiban terjadi
(Sekertaris Hyun)
                                                          *          Kita tidak bisa mengetahui isi hati seseorang
(Seo Eun Gi)
                                                          *          Ketika mobil menempuh perjalanan jauh, mungkin saja akan keluar dari lintasan, rusak, ataupun terguncang. Tapi tidak akan pernah melupakan tujuannya
(Ahn Min Hyeong)
                                                          *          Walau aku jatuh atau kalian yang jatuh, walau aku terluka atau kalian yang terluka, selama aku bisa melawan kalian,selama aku bisa membunuh kalian, kurasa aku dapat melakukan apapun
(Seo Eun Gi)
                                                          *          Orang di dunia ini sangat bodoh dan kejam. Ketika mereka muda, mereka mengesampingkan kesehatan dan masa muda mereka untuk mengejar kekuasaan dan uang. Namun ketika mereka tua dan sakit serta memiliki uang dan kekuasaan, untuk menjadi muda lagi dan mendapatkan kesehatan, mereka menghabiskan seluruh kekayaan yang mereka miliki dan menghabiskan banyak energy demi itu (Han Jae Hee)
                                                          *          Aku seharusnya tidak bertemu dengannya. Aku seharusnya tidak membiarkannya terjebak dalam hidup seseorang sepertiku
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Membiarkannya dan melepasnya pergi adalah cinta juga. Ini adalah cinta yang luar biasa ketimbang memintanya untuk bersamaku
(Park Joon Ha)
                                                          *          Jika kau benar-benar ingin menikamku, lakukan saja tanpa banyak bicara
(Kang M a Roo)
                                                          *          Bagaimana  mungkin cinta bisa membuat orang tak berdaya?
(Seo Eun Gi)
                                                          *          Aku menyesal saat aku memikirkan tentang kehidupanmu. Anggap saja kalau ini adalah mimpi buruk yang singkat, yang terjadi di kehidupanmu. Kau dapat bangun dari mimpi buruk itu, dan  setelah beberapa saat, kau bahkan tidak akan ingat mimpi itu tentang apa
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Jika kau sabar dan tabah, akan tiba saatnya masa depan yang cerah
(Kang Cho Ko)
                                                          *          Cinta itu bukan hanya tentang kesetiaan. Juga bukan rasa kasihan. Hanya karena kau ingin mengembalikan semuanya seperti sediakala, bukan berarti kau sedang jatuh cinta. Itu hanya rasa kasihanmu. Cinta adalah apa yang kau berikan kepadaku. Itulah cinta, benar kan? Setelah aku kehilangannya, aku menyadari betapa pentingnya itu. Alasan kenapa aku sekarang menyesal. Tidak peduli apapun yang terjadi, aku bertekad mendapatkannya lagi, cinta itu.
(Han Jae Hee)
                                                          *          Hidup yang akan datang, aku harus bertemu dengannya lagi. Saat itu, kita akan berkencan  layaknya orang-orang biasa. Seperti  jalinan percintaan  biasa yang dilakukan oleh orang-orang di dunia ini. Memulai semuanya dari awal lagi. Seperti inilah doaku kepada tuhan. Orang seperti apakah dia itu?  Ingin rasanya aku bertanya pada orang-orang yang mengenalnya. Terkadang aku suka berdiri di depan rumahnya, terkadang demi terlihat keren di hadapannya, aku belajar tari trot kegemaran ayahnya. Juga belajar bermain mahjong. Belajar untuk memakan segala jenis makanan yang ada. Terkadang aku menghafal semua lagu-lagu kesayangannya. Terkadang aku mengunjungi semua tempat yang sering dikunjunginya. Seharian menunggu dia lewat. Saat ingin bertemu dengannya, bilang aku ingin bertemu dengannya. Saat merindukannya, aku ingin mengatakan aku merindukannya. Merasa panik, merasa bersyukur. Aku ingin merasakan pacaran seperti pacaran yang dirasakan oleh orang-orang biasa. Demikianlah aku berdoa. Kemudian aku berdoa sekali lagi kepada tuhan. Terima kasih. Aku sekarang merasa sangat bahagia.
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Suatu hari, ada seorang gadis yang memasuki kehidupanku. Aku melukainya dengan kata-kata yang kuucapkan sekejam mungkin. Sebisa mungkin aku mendorongnya pergi. Tapi ia masih tetap kembali padaku. Ia sangat mirip denganku. Seringkali aku melihat diriku sendiri saat aku melihatnya. Ia memiliki luka yang juga aku miliki. Air mata yang memenuhi otakku juga mengalir melewati hatinya. Aku yang memberinya luka itu. Aku yang membuatnya menangis. Seharusnya aku tidak bertemu dengannya. Seharusnya aku tidak membiarkannya untuk memasuki kehidupan pria sepertiku
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Satu-satunya hal yang kutahu adalah, mungkin aku tidak bisa menjalani jalan itu bersamanya
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Setiap orang memiliki kenangan yang tidak dapat dihapus, tak peduli seberapa kerasnya ia mencoba
(Seo Eun Gi)
                                                          *          Kau menyuruhku membunumu dengan tangaku sendiri. Maka kau harus tetap berada dalam jangkauan tanganku, agar setiap saat aku menginginkannya, aku bisa menikammu
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Aku telah melakukan kesalahan dan aku menyesalinya
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Semalam pikiran ini muncul dalam benakku.memangnya kenapa jika aku kembali kehilangan akal? Di mana ada cinta yang tak mungkin di dunia ini? Jika aku memberontak dan berpegang pada pendirianku, semua orang di dunia ini akan menghentikan kami. Dengan percaya bahwa dunia akan menghentikan dan memisahkan kami, untuk terakhir kalinya, aku akan menggenggam tangannya. Untuk terakhir kalinya, aku akan mendengarkan apa yang ia katakan. Untuk terakhir kalinya, aku akan mengungkapkan isi hatiku. Untuk terakhir kalinya, ia akan mencium bekas lukaku. Dan untuk terakhir kalinya, berada dalam jalan yang kami jalani. Apakah jalan yang kita pilih adalah jalan yang benar? Apakah ini adalah jalan satu-satunya? Atau masih ada jalan lain, namun kita berpura-pura tidak melihatnya? Mencoba mencari jalan keluar demi cinta inii di malam yang  panjang. Jika saja masih belum sanggup menemukan jalan keluarnya, jika dengan begitu masih tidak sanggup melepaskan. Peluklah aku! katakan bahwa kau masih ingin tinggal di sisiku. Tidak sanggup berpisah begitu saja. Tidak peduli kapanpun juga, tidak bisakah kau berkata demikian padaku? Aku percaya, orang-orang di dunia iini yang berniat memisahkan kita
(Seo Eun Gi)
                                                          *          Ucapkan terima kasih saat kau bersyukur. Ucapkan maaf saat kau bersalah. Itulah yang diajarkan orang tuaku yang sederhana dan tidak berpendidikan
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Bagaimana seseorang yang memiliki segalanya bisa mengalahkan orang yang tidak punya apa-apa?
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Walaupun aku tidak tahu duniamu itu semewah apa, segemerlap apa dan sehebat apa, tempatmu bukan di situ
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Tiap orang sudah punya takdir masing-masing. kalau kau berusaha melawan takdir, nanti kau sendiri yang akan malu
(Park Jae Gil)
                                                          *          Tidak peduli menggunakan cara apapun, jalan yang harus kutempuh itu tetap akan kutempuh hingga akhir. Tidak peduli siapapun yang menghalangi jalanku, tidak akan ada maaf baginya
(Han Jae Hee)
                                                          *          Saatnya untuk bangun dari tidurmu yang panjang itu. Kumpulkan semangatmu dan hajar mereka satu persatu
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Setidaknya kita bisa menjadi teman seperjalanan. Benar-benar beruntung sekali. Berkat kau, sepanjang perjalanan tidak terasa kesepian
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Kau harus sapu bersih semua dan kembali sebagai seorang pemenang. Jika tidak menang, tidak usah kembali lagi ke mari
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Kau harus menunggu jika disuruh menunggu dan berhenti jika disuruh berhenti
(Ahn Min Yeong)
                                                          *          Semua orang tua di dunia ini, pada saat anak mereka kehilangan haluan, pada saat mereka tidak  stabil dan melakukan hal bodoh, sekalipun jika harus memukul mereka supaya mereka dapat menemukan kembali jalan mereka
(Han Jae Hee)
                                                          *          Jika aku terus menunggu, orang yang ditunggu itu pasti akan datang
(Seo Eun Gi)
                                                          *          Aku tidak akan pernah membirkanmu merasa kesepian. Tidak akan membiarkanmu seorang diri. Tidak peduli apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah melepaskan tanganmu. Aku akan selalu berada di tempat di mana aku selalu dapat kau temukan
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Cinta memang benar-benar bisa membuat orang tidak berdaya dan konyol
(Seo Eun Gi)
                                                          *          Jika ada anak yang meniggalkan rumah, sebagai seorang ibu, bukankah sekalipun harus menempuh ke ujung dunia, juga harus menemukan kembali anaknya?
(Presdir Seo)
                                                          *          Karena semuanya akan berakhir cepat atau lambat, kalau begitu, terhadap pria yang unik dan misterius ini, bisa seberapa dalam aku terpuruk, biarkanlah aku terpuruk. Akan kugunakan segenap perasaanku dalam menjalani perasaan itu
(Seo Eun Gi)
                                                          *          Angin topan yang mengamuk dalam waktu singkat hanya akan mematahkan batang pohon dan marontokkan daun-daunnya. Tapi, begitu musim semi datang, cabang pohon baru akan tumbuh dan daun-daun juga akan bertunas
(Han Jae Hee)
                                                          *          Jika kau masih merasakan hal yang sama, maka kau juga tidak akan pernah melepasmu. Apapun yang terjadi, apapun yang orang katakan.
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Aku mendengar tawa sahabatku, adikku dan kekasihku. Mereka membuat mimpiku menjadi indah dan menarik. Aku takut mimpi itu lenyap saat aku membuka mataku. Aku takut membuka mataku. Terima kasih sudah memberiku pagi seindah ini. Aku tak mau serakah. Aku takkan meminta lebih. Aku bahagia sekarang
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Aku ingin menikmati kebahagiaan ini sebentar lagi. Aku ingin menikmati kebahagiaan yang tak bisa dipercaya ini sesaat lagi. Biarkan aku bahagia sebentar lagi.
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Setelah segala yang kulakukan untuk melepasmu pergi, bagaimana  bisa kau masih terus kembali padaku?
(Gang Ma Roo)
                                                          *          Aku belum pernah bertemu dengan orang sekasar itu seumur hidupku. Dia sebisa mungkin memutar balikkan fakta. Dia anggap tak seorangpun bisa dipercaya di dunia ini. Dia sombong, terlalu percaya diri, dingin dan sangat pemilih. Dia gadis yang tak punya sopan santun. Dia tidak tahu cara berterima kasih ataupun meminta maaf ketika dia harus.
(Gang Ma Roo)
                                                          *          Aku tidak tertarik pada apa yang kau lakukan atau jalan mana yang akan kau ambil. Aku tidak ingat apa-apa tentang apa yang terjadi dengan wanita bernama Han Jae Hee. Apa yang aku lakukan demi melindungi wanita itu, cinta yang aku miliki untuk wanita ini. Satu-satunya orang yang membuatku tertarik saat ini, orang yang mengisi kepalaku, orang yang aku peluk, orang yang membuatku gila, alasan kenapa aku tidak bisa makan atau tidur, bukanlah Han Jae Hee, melainkann Seo Eun Gi
(Gang Ma Roo)
                                                          *          Sampai kapan anda pikir bisa menutupi awan dengan telapak tangan?
(Gang Ma Roo)
                                                          *          Kau membawa pisau tajam untuk membunuhku. Kau bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk menggunakannya untuk melawanku. Pisau itu, gunakanlah di tempat lain
(Han Jae Hee)
                                                          *          Jika kau sangat menginginkan aku, aku tak punya alasan untuk tak kembali padamu. Namun, apa yang akan kau lakukan dengan cangkang kosong ini?
(Gang Ma Ru)
                                                          *          Kaulah yang telah membuat jantungku berdebar.
(Seo Eun Gi)
                                                          *          Cobalah tersenyum ketika masalahmu semakin berat. Jika kau ingin menangis, menangislah sendiri. Jangan menunjukkan kelemahanmu pada orang lain. Jangan percaya pada siapapun. Jangan tunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya.
(Presdir Seo)
                                                          *          Jangan membuang waktu dan emosimu untuk hal menyedihkan seperti ini. Jika kau terus ceroboh seperti ini, tak butuh waktu lama hingga seseorang menikammu dari belakang. Dan tak seorangpun tahu siapa yang akan melakukannya.
(Ahn Min Yeong)
                                                          *          Dia sudah kembali, tapi aku tetap menunggunya. Aku takkan lelah. Aku tak mau buru-buru. Aku tak mau menjadi tak sabaran.
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Aku penasaran tapi aku tak mau bertanya. Jika kau mengatakan dia sudah melupakanku dan dia baik-baik saja, aku bisa terluka. Begitu pula jika sebaliknya
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Kau harus menghentikan aku. demi seorang pria yang kucampakkan, jika aku mencoba merelakan semua yang telah kuperoleh. Jika aku mau menyerahkan segalanya padanya. Jika aku berkata hal bodoh seperti itu, tutup mulutku dan cekik aku. jika aku bersikeras dan tak mau menurut, maka bawa aku ke rumah sakit jiwa. Kunci mulutku. Jangan biarkan aku keluar. Kau harus menghentikan aku.
(Han Jae Hee)
                                                          *          Tidak seharusnya aku menutupi kesalahanmu. Semenjak saat itu noona tidak tahu mana yyang benar dan mana yang salah. Hal apa yang tidak boleh dilakukan, tujuan mana yang tidak boleh kau tempuh. Kemampuan untuk menilai sama sekali telah hilang. Seperti sebuah kendaraan tanpa rem yang melaju kencang. Maafkan aku Noona. Saat itu aku mengira inilah yang dinamakan dengan cinta. Semua dikarenakan oleh prinsipku dan kesombonganku.
(Kang Ma Roo)
                                                          *          Aku akan kembali ke sisimu. Cinta, meskipun aku tidak bisa menjanjikanmu cinta, tapi aku bisa selamanya berada di sisimu. Selama yang kau harapkan dariku itu bukan cinta. Selama itu bukan cinta, tidak peduli kau ke mana, aku akan selalu menunggumu, akan mengerti kau, akan bersabar, akan bersikeras, akan memegang tanganmu, akan memelukmu. Semua beban yang ada, beban yang terlalu berat, buanglah semua! Jika ada  hukuman yang harus kau tanggung, terimalaah semuanya. Tidak peduli sampai kapanpun juga, aku akan menunggumu. Bersediakah kau kembali ke sisiku?
(Gang Ma Roo)
                                                          *          Bagaimana kau hidup di dunia ini hingga banyak sekali orang yang membencimu. Terlebih lagi mereka adalah orang yang memiliki uang dan kekuasaan
(Han Jae Shik)
                                                          *          Kesalahan tentu saja harus dipaparkan kebenarannya. Apabila ada konsekuensinya, konsekuensi itu harus dipikul.
(Gang Ma Roo)
                                                          *          Sekalipun tanpa cinta, aku juga akan tetap hidup dengan baik. lagipula, kapan keinginanku pernah terwujud? Tidak sekaipun dalam hidupku, aku bertindak egois ataupun serakah. Melakukan apa yang ingin kulakukan, hal yang kuinginkan, harapanku, kapan semua itu pernah terwujud? Tidak sekalipun dalam hidupku, semua itu pernah terwujud. Sekalipun tanpa cinta, aku tetap bisa hidup. Neraka itu adalah kematian. Mana boleh hidup disamakan dengan neraka.
(Gang Ma Roo)
                                                          *          Sejujurnya, segala impianku berubah menjadi kenyataan pada hari itu, hanya mendengar namanya saja sudah membuat jantungku berdegup kencang. Tapi dia malah tersenyum di depanku. Setelah ituu aku memulai sebuah impian baru. Aku sama sekali tidak percaya jika bisa memiliki noonaku. Han Jae H ee, aku sangat bersyukur kau hadir dalam hidupku. Aku percaya diri. Walaupun aku tidak akan sanggup memberimu status dan kekayaan yang berlimpah, tapi aku akan tetap mencintaimu dengan segenap jiwaku.
(Gang  Ma Roo)
                                                          *          Pohon yang dapat kau panjat dengan pohon yang dalam mimpi sekalipun tidak dapat kau panjat, adalah sesuatu yang dapat kau bedakan dengan jelas bukan?
(Seo Eun Gi)