Ini
hanya sekedar curahan hati yang tak begitu penting untuk diketahui oleh dunia
sebab hidup adalah tentang diri sendiri dan bukan tentang orang lain. Sedang hidup
sendiri tak mampu diurusi, bagaimana bisa mengurusi hidup orang lain? Namun itulah
manusia dengan segala keunikan dan keistimewaannya. Mereka selalu lupa pada
diri mereka sendiri dan terlalu kuat untuk mengurusi semua yang terjadi pada
orang disekitar mereka. Tak peduli kenal atau tidak, keluarga atau asing, semua
perlu diketahui seluk-beluknya. Nyatakah sikap itu pada setiap jantung yang
berdetak? Mungkin iya, mungkin juga tidak.
Usiaku
masih terlalu belia untuk mengenal seperti apa ketertarikan terhadap lawan
jenis. Aku masih belum bisa mengenal seperti apa cinta? Seperti apa rasanya
memiliki dan melepaskan? Bagaimana seseorang jatuh cinta? Bagiku semua itu
dongeng yang mungkin dapat terjadi pada semua orang yang mampu bernafas.
Seiring
berjalannya waktu, aku baru memahami satu hal, bahwa dongeng hanya akan tetap
terjadi di negeri dongeng, tidak akan pernah dapat terwujud di duniaku karena
ini adalah realita. Duniaku bukan dunia khayalan yang selalu ada dalam mimpi
gadis kecil yang memeluk boneka itu lagi. Duniaku saat ini terlalu realistis
untuk terus mengecap manisnya senyum bahagia. Jikapun saat ini masih ada senyum
yang tersisa, itu adalah senyum palsu untuk berlari dari air mata yang tak
penting diperlihatkan pada semua orang. Bukankah mereka semua memilikinya?
Aku
bukannya sinis pada dunia. Aku masih percaya bahwa dunia masih menyimpan
kebahagiaan. Namun kebahagiaan itu telah hambar bagiku. Hatiku tak lagi sanggup
meraba kehangatan dalam setiap tatapan mata itu. Tatapan mata orang-orang yang
sekilas terlihat iba atau penuh kasih, namun semakin dalam aku menjelajahi
makna tatapan itu, aku semakin terluka karena semua itu palsu. Tak ada
ketulusan, tak ada perhatian, tak ada kepedulian, bahkan iba pun tak ada. Hal
yang tersisa dari manusia-manusia ini adalah keegoisan yang semakin dalam
menggerogoti jiwa yang dulu bersih itu.
Jika
kenyataan sudah memperlihatkannya, lantas masihkah realita dibantah oleh
harapan kosong yang nyatanya palsu? Masihkah hati dapat menipu akal? Aku bukan
seseorang yang menentang cinta atau sinis pada cinta karena aku juga pernah
jatuh cinta. Pernah?? Iya! Aku pernah jatuh cinta dulu. Namun semua janji yang
terselubung dalam cinta itu sirna tak berbekas tanpa kata, tanpa tanda. Hilang begitu
saja bagaikan seekor semut hitam yang diselimuti gelap. Apakah ia kembali? Separuh
dirinya kembali bersama bayangannya. Namun tetap saja tidak utuh bukan?
Jika
yang pergi telah kembali sebelum kata terlambat tiba, berarti takdir memberinya
kesempatan untuk sekedar mengisi sedikit ruang kosong dalam hati. Akan tetapi,
jika kehadirannya tak lagi dinanti, maka tidak ada kesempatan untuk kembali. Semua
telah sirna bersama hari baru yang menjelang. Hanya ada kata selamat tinggal
dan mungkin terima kasih. Terima kasih pernah menjadi bagian dalam kenangan
indah masa laluku dan selamat tinggal karena kau bukan lagi penghuni hatiku
hari ini dan di masa depan nanti. Mungkin kau ditakdirkan menjadi masa depan
orang lain. Orang yang memang membutuhkanmu di masa depan nanti. Bukankah manusia
menerima apa yang ia butuhkan dan bukan apa yang dia inginkan. Itulah caraNya
menulis takdir.
Ketahuilah bahwa semua yang terjadi adalah yang
terbaik.......
Kelak kau kan temukan rahasia di baliknya.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar